Kembali pada Al-Qur'an dan Hadis Nabi?

Gerakan dan Gebrakan dari sebagian kalangan untuk mengajak umat Islam kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits Nabi. Gerakan ini baik di satu sisi, namun tidak baik di sisi lainnya.

Memang betul bahwa keduanya adalah rujukan dan manual book bagi siapapun yang mengaku Islam. Tapi, langsung membaca dan menafsirkannya sendiri, tidak semua orang bisa. Apakah setiap muslim tahu dan paham bahasa Arab? Nama Jurumiyah dan Shorof Kailani saja belum pernah dengar kok ngaku Ahli Tata Bahasa Arab? Menerjemahkan saja tidak bisa kok mau Menafsirkan? Nama Tafsir Jalalen saja belum pernah dengar kok seenaknya ngaku Ahli Tafsir? Apakah setiap muslim tahu keterkaitan satu ayat dengan ayat lainnya dan hadits-hadits Nabi? Hanya sekian persen yang bisa. Oleh karenanya, gerakan di atas cacat secara logika.

Saya pribadi yang merasakan mondok di pesantren khusus fan alat merasa kesulitan ketika pertama kali mempelajari kitab jurumiyah dan kailani, apalagi itu kitab kuning gundul tanpa harokat, "Andi kecil waktu itu cuma bengong saja mendengarkan mudaris ngajar, karena belum bisa baca tulis pegon", ini baru tahap pemula sebelum nanti naik ke pemahaman selanjutnya dengan kitab alfiyah dsb, yang mana kitab-kitab tersebut adalah pedoman untuk memahami tata bahasa arab dengan benar. dan untuk memahami kitab-kitab tersebut butuh waktu serta pembelajaran, kalian kok baru 1 bulan jadi artis besok tobat pake peci baju koko, yang wanita pake hijab besoknya lagi langsung jadi ustadz/ustadzah? hebat, tapi tidak secepat dan semudah itu..

(Ilmu Alat itu sebutan dari kategori jenis ilmu di kalangan santri sunda, yang isinya adalah: ilmu Nahwu, ilmu Shorof, ilmu Balaghoh, ilmu Mantiq, ilmu Badi' dsb.)

Bagaimana jadinya orang yang tak paham Bahasa Arab dan tidak mengerti keterkaitan antar ayat dan hadits bisa langsung merujuk kepada Al-Qur'an dan Hadis, utamanya dalam urusan hukum Islam harus faham betul ushul fiqih, "jika tidak maka rusak." nantinya sedikit-sedikit haram, kafir, musyrik, dosa, dan lain sebagainya.

Gerakan di atas juga berusaha membenturkan Ulama' dengan Al-Quran dan Hadits. Mereka mengatakan bahwa Ulama' adalah manusia biasa dan ada kemungkinan salah dalam melakukan penafsiran. Nah, bagus. Memang betul ada kemungkinan salah. Tapi, apakah anda sehat?

Kira-kira, lebih besar mana kemungkinan adanya kesalahan dari Imam Madzhab Empat dengan anda atau kita?

Tafsiran mereka terhadap Al-Qur'an dan Hadits dilandasi keilmuan dan kecakapan yang mumpuni. Iya, sifatnya memang relatif. Bukan kebenaran absolut. Tapi, ya jelas lebih benar tafsiran mereka ketimbang tafsiran kita apalagi kalian.

Jangan benturkan Ulama' dengan Al-Quran dan Hadits. Logikanya begini: Ada peta. Al-Quran dan Hadits ibarat peta. Ulama' adalah orang-orang yang bisa membaca dan memahami peta. Ulama' adalah penunjuk jalan yang benar. Maka yang baik adalah kita mengikuti peta dengan bantuan penunjuk jalan.