Nasihat Al-khansa kepada Anaknya

Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa al-Khansa’ dan keempat putranya ikut serta dalam perang al-Qadisiyyah .Al-Qadisiyyah adalah nama sebuah daerah yang terletak sekitar 45 Mil dari Kufah, Iraq. Di daerah inilah terjadi pertempuran hebat antara kaum muslimin melawan tentara Persia, di zaman kekhalifahan Umar bin Khatthab pada tahun 16 H. Kaum muslimin ketika itu di bawah komando Sa’ad Abi Waqqash, sedang pihak Persia dipimpin oleh Rustum. Perang ini berakhir dengan kemenangan kaum muslimin dan runtuhnya imperium Persia. [lihat: Mu'jamul Buldan, 3/353, dan dari berbagai sumber]

Menjelang malam pertama mereka di al-Qadisiyyah, al-Khansa berwasiat kepada putera-puteranya,

“Wahai anak-anakku, kalian telah masuk Islam dengan taat dan berhijrah dengan penuh kerelaan. Demi Allah yang tiada ilah yang haqq selain Dia. kalian adalah putera dari laki-laki yang satu sebagaimana kalian juga putera dari wanita yang satu. Aku tak pernah mengkhianati ayah kalian, tak pernah mempermalukan khal [paman dari saudara lelaki ibu] kalian, tak pernah mempermalukan nenek moyang kalian, dan tak pernah menyamarkan nasab kalian.

Kalian semua tahu betapa besar pahala yang Allah siapkan bagi orang-orang yang beriman ketika berjihad melawan orang-orang kafir. Ketahuilah bahwa negeri akhirat yang kekal jauh lebih baik dari negeri dunia yang fana. Allah Azza wa Jalla berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.”
(Qs. Ali Imran: 200)

Andaikata esok kalian masih diberi kesehatan oleh Allah, maka perangilah musuh kalian dengan gagah berani, mintalah kemenangan atas musuhmu dari Ilahi.

Apabila pertempuran mulai sengit dan api peperangan mulai menyala, terjunlah kalian ke jantung musuh, habisilah pemimpin mereka saat perang tengah berkecamuk, mudah-mudahan kalian meraih ghanimah dan kemuliaan di negeri yang kekal dan penuh kenikmatan.”


Terdorong oleh nasihat ibunya, keempat puteranya tampil dengan gagah berani. Mereka bangkit demi mewujudkan impian sang ibunda. Dan tatkala fajar menyingsing, majulah keempat puteranya menuju kamp-kamp musuh.

Sesaat kemudian, dengan pedang terhunus anak pertama memulai serangannya sambil bersyair,


Saudaraku, ingatlah pesan ibumu

tatkala ia menasehatimu di waktu malam..

Nasehatnya sungguh jelas dan tegas,

“Majulah dengan geram dan wajah muram!”

Yang kalian hadapi nanti hanyalah

anjing-anjing Sasan (*) yang mengaum geram..

Mereka telah yakin akan kehancurannya,

maka pilihlah antara kehidupan yang tenteram

atau kematian yang penuh keberuntungan


Ibarat anak panah, anak pertama melesat ke tengah-tengah musuh dan berperang mati-matian hingga akhirnya gugur. Semoga Allah merahmatinya.

Berikutnya, giliran yang kedua maju menyerang sembari melantunkan,


Ibunda adalah wanita yang hebat dan tabah,

pendapatnya sungguh tepat dan bijaksana

Ia perintahkan kita dengan penuh bijaksana,

sebagai nasihat yang tulus bagi puteranya

Majulah tanpa pusingkan jumlah mereka

dan raihlah kemenangan yang nyata

Atau kematian yang sungguh mulia

di jannatul Firdaus yang kekal selamanya


Kemudian ia bertempur hingga titik darah yang penghabisan menyusul saudaranya ke alam baka. Semoga Allah merahmatinya.

Lalu yang ketiga ambil bagian. Ia maju mengikuti jejak saudaranya, seraya bersyair,


Demi Allah, takkan kudurhakai perintah ibu

perintah yang sarat dengan rasa kasih sayang

Sebagai kebaktian nan tulus dan kejujuran

maka majulah dengan gagah ke medan perang..

hingga pasukan Kisra terpukul mundur atau biarkan mereka tahu,

bagaimana cara berjuang

Janganlah mundur karena itu tanda kelemahan

raihlah kemenangan meski maut menghadang


Kemudian ia terus bertempur hingga mati terbunuh. Semoga Allah merahmatinya.

Lalu tibalah giliran anak terakhir yang menyerang. Ia maju seraya melantunkan,


Aku bukanlah anak si Khansa’ maupun Akhram

tidak juga Umar atau leluhur yang mulia,

Jika aku tak menghalau pasukan Ajam,

melawan bahaya dan menyibak barisan tentara

Demi kemenangan yang menanti, dan kejayaan

ataulah kematian, di jalan yang lebih mulia


Lalu ia pun bertempur habis-habisan hingga gugur. Semoga Allah meridhainya beserta ketiga saudaranya.

Tatkala berita gugurnya keempat anaknya tadi sampai telinga al-Khansa’, ia hanya tabah sembari mengatakan,


“Segala puji bagi Allah yang memuliakanku dengan kematian mereka. Aku berharap kepada-Nya agar mengumpulkanku bersama mereka dalam naungan rahmat-Nya.” [al-Isti’ab fi Ma’rifatil Ashhab, 2/90-91 ]

(*)dinasti yang berkuasa di Persia saat itu

Sumber : Ibunda Para Ulama, Penyusun: Sufyan bin Fuad Baswedan, penerbit Wafa Press, hal 109-116