Tentang Hati

heart.gifApa kata Quran tentang hati?
Kaum geek punya cara yang unik dalam mempelajari Al-Quran, yaitu dengan apa yang mereka namakan ZOQH, the Zen of Quran Hacking. Berbeda dengan teknik konvensional, instead of opening a Quran’s concordance (kitab konkordansi), they use… search engine! What a geek! Hehehe… ;-) Menariknya, mereka bisa melakukan searching, filtering, (termasuk menghiasinya dengan logical AND, OR, NOR, dan sebagainya) tidak hanya di terjemahan Bahasa Indonesianya, melainkan juga di huruf-huruf Arab-nya sendiri, menggunakan… apa anak-anaaak? … yes, unicode search!
But, Sir. Why ZOQH?

Karena ketika menjelaskan sebuah kata, Quran menebarkan makna kata itu ke berbagai ayat, berbagai macam konteks, di berbagai macam situasi. Berjenjang-jenjang, berlapis-lapis. Dan kerap kali, kita tidak bisa berpegang pada satu dua ayat saja ketika mencoba mengambil sari-sari makna tentang sebuah kata.
Mari sini. Mari buat sebuah contoh. Tentang kata “hati”.
Hati, atau qalb (atau kalbu, qolbu), atau قلب adalah sebuah tema yang sangat sentral, tapi sekaligus “misterius”. Tidak hanya di Islam, tapi di hampir semua agama. Kata ini bertebaran di mana-mana di dalam Quran. Now what ZOQH can tell you about qalb or heart?
Berikut ini adalah kompilasinya. Tapi sebelumnya,
A bit warning
Saya bukan penafsir dan tidak hendak menafsirkan ayat-ayat kecuali untuk diri saya sendiri. Kalau ditelan bulat-bulat segala apa yang ada di sini, you’re at risk! Kalau ada yang jadi memikirkan lebih jauh tentang ini, that’s really wonderful, memang itu tujuannya. And please share!! Deal? Shall we…
* * * *
So, apa kata Quran tentang hati atau qalb? Seperti apa?
Hati adalah… hampir segalanya! Keimanan dan ketakwaan tumbuh dan berkembang di sana. Kekafiran pun ditanam di sana.
Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. QS [22]:32
Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari… QS [16]:22
Tidak di mana-mana. Tidak di mulut, tidak ketika kita mengucapkan, “Oh, saya ini mengimani A, B, C… jadi saya ini beriman.” Tidak di baju takwa yang saya dan ia kenakan. Tidak di mimbar di mana saya berdiri. Tidak di organisasi yang saya ikuti. Tidak di sarung. Tidak di mana-mana.
Di hati.
heart1.gif
…orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: “Kami telah beriman”, padahal hati mereka belum beriman. QS [5]:41
Allah menghukum kamu disebabkan yang disengaja oleh hatimu. QS [2]:225
Dan rupanya keimanan, ketakwaan, kekafiran itu tidak terjadi begitu saja. Ia, seperti tanaman, ditumbuhkan. Diairi, dipupuk, sedikit demi sedikit… di dalam hati!
Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka. QS [58]:22
Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan… QS [48]:26
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Ingatlah bahwa di dalam tubuh terdapat sepotong daging yang apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila ia rusak maka rusak pula seluruh tubuh. Ingatlah, sepotong daging itu adalah qalb.” Qalb, hati yang mana, teman-teman yang baik?
Berbicara tentang fungsi-fungsi anggota tubuh, telinga untuk mendengar, mulut untuk berbicara, mata untuk melihat, dan lain sebagainya, coba tebak: mana yang untuk memahami sesuatu, mengerti sesuatu?
Brain?
Wrong! (And you’re not alone; saya juga mengira itu tadinya). The answer is, again, the heart…
… mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami dan mereka mempunyai mata tidak dipergunakannya untuk melihat, dan mereka mempunyai telinga tidak dipergunakannya untuk mendengar. QS [7]:179
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami… ? QS [22]:46
* * * *
Ada hubungan yang sangat erat antara hati dengan ujian. Kita semua mengalaminya: anak sakit, istri marah-marah, bete kerjaan nggak habis-habis, project molor melulu, kena PHK, diuber-uber polisi, kecelakaan, ditipu orang. Bahkan kekayaan yang melimpah. Rekening yang isinya membludak sampai-sampai kita nggak tahu bagaimana menghabiskannya.
Begitulah, banyak hal terjadi. Banyak hal dihadirkan, sebagai ujian. Tapi gemuruh yang terjadi di luar itu sebenarnya ditargetkan untuk satu titik yang ada di sini: di dalam, di hati. That’s the bull’s eye!
Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu… QS [3]:154
And for what?
…untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu.QS [3]:154
Membersihkan? Hati ini, entah bagaimana, jadi kotor, berlumur oleh sesuatu, penuh bibit-bibit penyakit. Keimanan yang ditanam pelan-pelan, kian lama kian layu, rontok oleh hama kebencian dan dosa.
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; QS [22]:53
Apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka? QS [47]:29
Lalu tak ada lagi tanaman yang bisa tumbuh. Karena kotoran kian menebal. Akhirnya mengerak. Mengeras.
heart20.gif
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi… QS [2]:74
Hati pun kehilangan fungsinya yang sesungguhnya. Tak lagi paham sesuatu. Dan bukankah banyak hal tak mampu kita pahami? Kita tak paham Al-Quran. Al-Quran menjadi “petunjuk” yang tak lagi kita pahami maknanya, hakekatnya. Seperti orang yang menemui lampu lalu lintas di perempatan, tapi malah berdebat tentang warna-warni, tak pernah mengerti maksudnya.
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? QS [47]:24
Lalu apa bedanya orang buta dengan kita yang bisa melihat rambu-rambu namun tak kita mengerti maksudnya?
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. QS [22]:46
…dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar. QS [7]:100
Look! Ketika Quran berbicara tentang melihat dan mendengar, buta dan tuli, pertanyaannya: mata dan telinga yang mana? Can you close your eyes but still can see? Can you close your ears but still can hear?
heart3.gif
Padahal,
Barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat ia akan lebih buta dan lebih tersesat… QS [17]:72
Seperti kata Bawa Muhaiyaddeen: “If we can escape from hell while we are here in this world, then we will have released ourselves from that hell. But if we cannot free ourselves here, how can we be freed there?”
Bisakah kita melihat diri kita sendiri, teman-teman yang baik? Kita penderma, tapi haus akan ucapan terimakasih. Kita pencari ilmu sampai negeri Cina, tapi penghina bangsa sendiri. Kita pendakwah, tapi gerah bila ada yang lebih pintar suci. Kita tidak korup, namun sujud syukur seperti memperoleh “rizki dari arah yang tak diduga-duga” ketika disuap. Kita pasti baik, dan kalau tidak baik pasti bukan kita. Kita pintar. Kita paling tahu.
Dengan hati yang seperti itu, mampukah kita melihat diri kita yang sesungguhnya?
… hati mereka telah menjadi keras, dan syaitan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. QS [6]:43
…lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. QS [63]:3
* * * *
So…
Bukankah hati ini, sebuah perangkat yang luar biasa, teman-teman yang baik? Namun entah kenapa, ini seperti sesuatu yang terlewat begitu saja dari kepala. Kita sedikit sekali mendengar tentang ini di pelajaran agama. Pak Guru tidak pernah menceritakannya di sekolah, di pengajian. Dan syariat pun tampaknya sulit sekali menjelaskannya. Syariat bisa menetapkan sah tidaknya ucapan atau tindakan seseorang, tapi tampaknya tak mampu menjangkau apa yang ada di dalam hatinya. Kita tahu agama seseorang dari KTP yang ia perlihatkan, tapi tak mampu memastikan “agama” apa yang dianut hatinya.
Dan Allah mengetahui apa yang (tersimpan) dalam hatimu. QS [33]:51
Sebuah interface yang sungguh luar biasa dan penting dalam beribadah, menghadap kepada-Nya.
… kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. QS [26]:89
… ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci. QS [37]:83-84
Satu-satunya tempat di mana Tuhan menurunkan petunjuk-Nya (apakah cuma Nabi dan Rasul yang mendapat petunjuk?).
Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. QS [64]:11
Bahkan jauh lebih besar dari itu, seperti kata sebuah hadits qudsi: “Sesungguhnya semua petala langit dan bumi akan menjadi sempit untuk merangkul Zat-Ku, akan tetapi Aku mudah untuk dirangkul oleh hati seorang Mu’min.”
Hati yang suci. Barangkali itu satu-satunya perangkat dimana kita mampu memahami banyak hal, apa-apa yang tak terjelaskan pikiran yang terbatas ini, mengurai hikmah dan makna terdalam di dalam Al-Quran (yang katanya sebuah bacaan yang sungguh mulia, tapi kadang tak kita pahami di mana “mulia”-nya).
Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. QS [56]:77-79
Kerak hati yang membatu, seperti orang yang berjalan di kegelapan, tanpa cahaya. Teman-teman yang baik, hanya Dia yang mampu meruntuhkan kerak-kerak itu.
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk Al-Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? QS [39]:22
* * * *
Baik… Rasanya cukup, for today.
If you want to dig more on qalb, here’s the clue: don’t stop only with the word “qalb”! Suatu ayat menghubungkan “hati” dengan suatu kata lain, “cahaya” misalnya (seperti di [39]:22). Then, if you apply ZOQH on “cahaya”, you will know much, much more about the heart itself. Patut diperhitungkan pula bahwa ada banyak hal di luar Quran (hadits misalnya) yang justru bisa menjadi pintu masuk ke sebuah pengetahuan yang jauh lebih komprehensif tentang sesuatu hal di dalam Quran.
Saya tidak bisa lebih jauh dari ini. Mungkin lain kali. ;-) Saya juga bermasalah.
Hanya Dia satu-satunya, Sang Penguasa Hati. Ia takkan menyia-nyiakan orang yang kembali, saking maha kasih dan sayangnya kepada yang seperti itu.
…hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka. QS [9]:117
Hanya Gusti Ta’ala, Yang Maha Tahu. Semoga bermanfaat. Mohon maaf yang sebesar-besarnya.

*catatan: watung.org