Taat Tanpa Syarat - Iman Dan Ikhlas

Bani Israil menolak beriman dan melaksanakan ajaran Allah sebelum mereka melihat Allah terlebih dahulu dengan mata lahiriah.
Ingatlah pula ketika sebagian pengikutmu berkata: "Hai Musa kami tidak akan percaya kepadamu, sebelum kami melihat Allah dengan nyata. Lalu karena perkataan kalian itu, mereka yang berkata disambar petir, sedang yang tertinggal dari sambaran petir itu menyaksikannya." (QS. 2/Al-Baqarah : 55)

Iman kepada Allah dan Rasul-Nya adalah missi setiap Rasul sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam. Ia adalah ajaran yang diwahyukan Allah, yang contoh ikutannya disunnahkan Rasulullah. Allah dan Rasul-Nya pula yang berhak membuat syarat untuk taat pada ajaran hidup ini.

Pada Al-Qur’an, surat Al-Baqarah di atas orang Yahudi mengajukan syarat yang mustahil terjadi untuk beriman kepada Allah.

Kemustahilan itu ialah bahwa penglihatan manusia bisa melihat sesuatu objek karena objek itu ada secara material dan dapat diidentifikasi penglihatan menurut batas ruang dan batas waktu tertentu. Sedangkan Allah, Dialah yang Maha Menguasai dan meliputi sekalian alam termasuk objek yang adanya ditentukan oleh batasan ruang dan batasan waktu yang ditentukan Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa.

Inti dari sikap Yahudi adalah menolak iman pada Allah dan Rasul-Nya dan menolak untuk tunduk mematuhi, mentaati ajaran-Nya.

Persyaratan yang dibuat Manusia
Di seluruh dunia Islam konspirator global dari kalangan orang-orang Yahudi tidak menjadikan penistaan tehadap ajaran Islam sebagai prioritas agendanya. Tetapi dengan mobilisasi setiap kekuatan, lapisan, lini dan sector kehidupan manusia saat ini persyaratan-persyaratan diproduksi terus menerus untuk mengalihkan / memalingkan seorang muslim dari tunduk mematuhi, mentaati ajaran Allah.

Sehingga ketika disampaikan perintah Allah dan Rasul-Nya dalam ajaran Islam ini untuk taat pada pemimpin Islam, perintah Allah dan Rasul-Nya itu ditanggapi dengan mengajukan syarat.
Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alihi wa aalihi wa sallam, beliau bersabda: "Barangsiapa mentaatiku sungguh ia telah taat pada Allah dan barangsiapa mentaati pemimpin Islam sungguh ia telah mentaatiku." (HR. Ahmad)
Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alihi wa aalihi wa sallam, beliau bersabda: "Barangsiapa mentaatiku sungguh ia telah taat pada Allah dan barangsiapa mentaati pemimpin Islam sungguh ia telah mentaatiku, dan barangsiapa ma’shiyat padaku sungguh ia telah ma’shiyat pada Allah. dan barangsiapa membangkang pada pemimpin Islam sungguh ia telah ma’shiyat pada Allah ‘Azza wa Jalla." (HR. Ahmad)

Ada yang mau melaksanakan shalat dengan mengajukan syarat kalau umur sudah tua. Mau menggunakan pakaian yang menutup aurat dengan mengajukan syarat kalau kehidupan di bidang ekonomi sudah sejahtera dan kepentingan tidak menutup aurat sudah tak ada lagi. dan lain sebagainya.

Ada lagi kaum Liberal yang mau Taat melaksanakan syariat Islam dan tugas wajib sebagai makhluk yaitu beribadah pada Allah dengan mengutip ayat ini dan dengan di salah artikan.
Hanya kepada-Mu kami beribadah / mengabdi / menghambakan diri. Dengan syarat:

Dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan.

Baru mau Taat melaksanakan syariat dan tugas beribadah pada Allah dengan syarat kalau Allah sudah melaksanakan tugasnya terlebih dahulu, yaitu memberikan pertolongan, memberi rizki yang banyak, dan lain sebagainya.

Ada pula yang  Taat pada syariat Islam dengan syarat moderat, demokratis, liberal, pluralistic dan yang direstui Amerika. mau Taat pada pemimpin Islam asal dalam kerangka koridor tunduk, patuh, taat dan ma’mum pada restu Amerika. Sehingga pada saatnya Allah memperistiwakan bencana dimana-mana, bencana politik militer di Afghanistan, Irak, Palestina, Libanon, Pakistan, yang mendekatkan manusia pada kebiadaban, kehancuran, kenistaan, kesengsaraan dan kebinasaan. Dalam keadaan sedemikian itu, kemudian mereka minta tolong pada Amerika. Setidaknya mereka tunduk kepada syarat-syarat untuk mendapatkan jalan keluar dan mencapai kemenangan yang ditentukan oleh Amerika. Mereka tidak sempat menundukkan persyaratan-persyaratan yang dibuat Amerika dibawah persyaratan-persyaratan kemenangan yang ditentukan Allah dan Rasulullah.

Puncak kebiadaban, kehancuran, kenistaan, kesengsaraan dan kebinasaan sebenarnya ialah ketika manusia kaya raya, lupa Akhirat dan tujuan dari penciptaan manusia, dibuat lalai dengan persyaratan-persyaratan untuk mengesampingkan ketaatan pada ajaran Allah dan Rasulullah. Kekayaan yang berupa persyaratan-persyaratan buatan manusia itu dari yang sekecil-kecilnya dihimpun sampai pada yang sebesar-besarnya secara mendunia.

Umat Islam kini telah putus mata rantai kegenerasian Islami para sahabat dan tabi’in. Banyak cirri-ciri masyarakat kita justru menjadi mata rantai kegenerasian generasi jahiliyah.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik umatku ialah generasi orang-orang yang beriman dan mengikuti kepemimpinanku yang hidup sezaman denganku, kemudian generasi penerus lapisan berikutnya yang hidup sezaman dengan Sahabatku, kemudian generasi penerusnya pada lapisan berikutnya yang hidup setelah masa para sahabat radhiyallahu ‘anhum Setelah itu akan datang satu kaum dimana berkesaksiannya salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu, berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya yang terbaik dari kalangan kamu ialah yang semasa denganku, kemudian generasi penerus lapisan berikutnya yang hidup setelah zamanku, setelah itu generasi penerus lapisan berikutnya yang hidup setelah mereka." Imran berkata: "Aku tidak mengetahui apakah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam menyebut setelah kurun masanya sebanyak dua atau tiga kali. lalu setelah itu datang satu kaum yang memberi kesaksian tetapi tidak diterima kesaksiannya mereka yang berkhianat sehingga tidak dipercayai, yang suka bernadzar tetapi tidak melaksanakannya dan suka akan kemewahaan." (HR. Bukhari dan Muslim).

Generasi yang disebut terakhir dalam hadits tersebut adalah generasi yang didominasi oleh obral janji palsu, pengkhianatan amanat, pembohongan public dan membanggakan kemewahan yang bukan pula haknya.

Generasi jahiliyah itu anak budaya mempertuhankan kepalsuan dunia. Hasil supremasi penelanjangan umat manusia dari nilai-nilai ajaran Allah yang Maha Menciptakan. Generasi gemar dosa itu menjadi warga pesta kemenangan atas dijungkirkannya iman dari tampuk kekuasaan dan digantikan oleh arogansi akal dan hawa nafsu, lupa Akhirat.

Lalu marilah kita lihat pada urusan sehari-hari diri pribadi kita. Apakah urusan-urusan pribadi kita saat ini menjadi bagian untuk menjadikan persyaratan kemenangan buatan manusia bukan persyaratan yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya menguasai dan memimpin pengendalian diri kita..?

Di saat dan di tempat kita sedang beribadah ini, amal perbuatan kita menjadi rusak, tidak sah dan tidak diterima Allah Subhaanahu wa Ta’alaa apabila persyaratan-persyaratan ibadah wajib kita ini kita tundukkan kepada kemauan manusia, bukan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Persyaratan yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya
Adapun kemenangan menjadi kejayaan yang gemilang adalah apabila orang-orang beriman dengan segala daya juang dan jihadnya menundukkan pesyaratan-persyaratan buatan manusia yang dibangun melangit bertekuk lutut di hadapan ketaatan yang penentuan persyaratan-persyaratannya sepenuhnya secara bersih dan murni dikembalikan pada Allah dan Rasul-Nya.

Lihatlah kejayaan peradaban di bawah kepemimpinan kepala Negara, kepala pemerintahan, panglima tertinggi militer yang dicapai warga masyarakat yang harusnya menjadi visi di depan mata setiap warga masyarakat saat ini, dibangun dengan bangunan ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya.

Rasulullah membangun tata hubungan masyarakat di Madinah dengan konstitusi yang kokoh yang terdiri dari perjanjian antar sesama mukmin dan perjanjian antara orang-orang mukminin dengan fihak non mukmin.

Pada bangunan masyarakat inilah persyaratan kemenangan seluruh warga masyarakat ditentukan oleh (petunjuk) Allah dan Rasul-Nya.

Pada saat waktu zhuhur, pada hari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam kembali ke Madinah sepulang beliau bersama orang-orang beriman dari jepitan pasukan sekutu internasional di depan dan pengkhianatan Yahudi yang akan menyerang dari dalam di belakang. Saat itu beliau sedang mandi di rumah Ummu Salamah, Jibril mendatangi beliau seraya berkata: “Mengapa engkau letakkan senjata..? Sesungguhnya para malaikat tidak pernah meletakkan senjata. Selagi kini egkau sudah pulang, maka sampaikan seruan pada warga masyarakatmu, lalu bangkitlah bersama orang-orang yang bersamamu ke Bani Quraizhah. Aku akan berangkat di depanmu. Akan kuguncang benteng mereka dan aku susupkan ketakutan ke dalam hati mereka.” Kemudian Jibril berangkat di tengah prosesi para malaikat.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam memerintahkan seorang mu’adzdzin agar berseru kepada warga, “Siapa yang tunduk dan patuh taat, maka janganlah sekali-kali mendirikan shalat ‘ashar kecuali di Bani Quraizhah”

Secara berkelompok pasukan Muslimin bergerak ke arah Bani Quraizhah, hingga mereka berkumpul dengan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam, berjumlah tiga ribu orang. Mereka mendekati benteng Bani Quraizhah dan diputuskan untuk mengepungnya.

Inilah kejayaan ketaatan yang segala persyaratan-persyaratan yang ditentukannya sepenuhnya secara bersih, suci dan murni dikembalikan kepada hak Allah dan Rasul-Nya menundukkan persyaratan-persyaratan buatan Yahudi konspirator dunia yang dibangun merajalela menjadi bertekuk lutut. Bani Quraizhah adalah kaum Yahudi yang dipimpin oleh Ka’b bin As’ad. Di samping Ka’b bin As’ad adapula konspirator Yahudi yang harus menelan kekalahan dengan kematian yaitu Huyai bin Akhthab, ayah Shafiyah Ummul Mu’minin radhiyallaahu ‘anha. Huyai bin Akhthab adalah pemimpin kaum Yahudi Bani Nadhir.

Kini peran memproduksi persyaratan-persyaratan menolak iman dan taat pada Allah dan Rasul-Nya tak lagi dimainkan oleh Bani Quraizhah dengan pemimpinnya melainkan oleh Amerika. Juga tak lagi Bani Nadhir dengan pemimpinnya melainkan Israel. 

Raih Kemenangan
Bukan hanya karena sabda Rasulullah bahwa bau mulut orang yang berpuasa itu lebih baik bagi Allah dari pada semerbak wangi minyak misik dan bagi yang berpuasa ada dua kebahagiaan yaitu ketika ia berbuka ia berbahagia dan ketika bertemu Rabbi-nya ia berbahagia dengan puasanya itu, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhari.

Lebih dari itu kebahagiaan orang yang beriman ketika bershiyam adalah bahwa ia melaksanakan shiyam itu khas untuk Allah. Pada hadits yang sama Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa sendiri yang berfirman bahwa setiap amal perbuatan seseorang manusia adalah untuk diri orang itu. sendiri kecuali shiyam. Maka sesungguhnya shiyam itu untuk-Ku Allah dan Aku akan memberikan balasannya.

Lagi pula di bulan Ramadhan ini kita membangun kegenerasian memperoleh kekuatan besar untuk mengusung missi kemenangan yang sangat mulia

Hakikatnya Allah menyediakan bulan suci Ramadhan dan syariat yang ada berkaitan dengannya adalah momentum yang dibentangkan yang tidak kesempitan waktu bagi orang-orang yang muslimin meraih kemenangan-kemenangan yang gemilang itu. Taati Allah dan Rasul-Nya tanpa syarat meraih kemenangan yang dipilihkan Allah dengan cara yang Allah ajarkan dan Rasul-Nya sunnahkan.

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallaahu ‘alihi wa aalihi wa sallam bersabda: "Demi Dzat yang diri Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum bagi Allah daripada minyak wangi misik. Bagi orang yang berpuasa ada dua kemenangan yang ia berbahagia dengannya, yaitu apabila ia berbuka ia berbahagia dan apabila ia bertemu Rabbi-nya ia berbahagia dengan puasanya itu." (HR.Al-Bukhari).

Kuliah Subuh oleh : Ustadz Ali Masrum Al-Mudhoffar
mohon di koreksi jika ada salah penulisan dan arti dalam Al-Qur'an dan Hadits.