Menolong Orang Yang Zholim Dan Yang Di Zholimi

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أُنْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُوْمًا، فَقَالَ رَجُلٌ : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَنْصُرُهُ إِذَا كاَنَ مَظْلُوْمًا أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ، قَالَ: تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهُ مِنَ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ ( صحيح البخاري

“Tolonglah saudaramu dalam keadaan ia menzhalimi atau dizhalimi. Maka seorang lelaki berkata: ‘Wahai Rasulullah, Saya menolongnya jika ia dizhalimi, bagaimana pendapatmu jika ia yang menzhalimi, bagaimana saya menolongnya?’ Beliau saw menjawab: Engkau halangi dia atau engkau mencegahnya dari berbuat zhalim, maka sesungguhnya hal itu merupakan pertolongan terhadapnya. (Shahih Al Bukhari)

Image

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِيْ هَذَا الْجَمْعِ اْلعَظِيْمِ

Terang benderanglah aku dan kalian dengan cahaya Yang Maha Luhur, Allah Rabbul 'alamin, semoga kita selalu terang benderang dengan cahaya keindahan Allah di dunia dan akhirah, semoga kita selalu damai dengan cahaya keindahan Ilahi di dunia dan akhirah, semoga kita selalu dalam kesuksesan, kemakmuran, kebahagiaan, keluhuran, pengampunan, kesucian dari Sang pemilik dunia dan akhirah, Allahumma amin.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sang pemilik dunia dan akhirah memiliki kenikmatan dan menciptakan kenikmatan di dunia dan di akhirah, memiliki dan menciptakan kesulitan di dunia dan di akhirah, maka menujulah kepada Sang pemilik kebahagiaan dunia dan akhirah, yang dengan itu engkau akan dekat kepada-Nya, maka Dia (Allah) menyingkirkan kesusahan dunia dan akhirah, inilah Allah subhanahu wata'ala Yang telah memuliakan hamba-hamba-Nya sepanjang waktu dan zaman dan selalu menyambut dengan sambutan hangat dari hamba-Nya jika hamba ingin dekat kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsy:

وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِيْ يَمْشِيْ أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

" Jika seorang hamba mendekat padaKu dalam jarak sejengkal, maka Aku mendekat padanya dalam jarak sehasta dan jika ia mendekat padaKu dalam jarak sehasta, maka Aku mendekat padanya dalam jarak sedepa. Jikalau ia mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas ."

Maksudnya adalah ketika seorang hamba ingin mendekat kepada kasih sayang Ilahi, ingin diampuni Allah, ingin dimaafkan Allah, ingin disayangi Allah, maka Allah menyambutnya lebih dari keinginannya, Allah menjawab, merangkul dan memeluknya dalam kasih sayang-Nya lebih dari kasih sayang yang ia inginkan. Dan jarak kasih sayang Ilahi jauh lebih dekat dari kasih sayang kita, cinta kita dan doa kita kepada Allah. Maka Allah menjawab keinginan kita, Allah memberi kita lebih, Allah mencintai kita lebih, dan Allah menyangi kita lebih dari yang kita inginkan. Dialah Yang Maha melimpahkan anugerah dan Maha memiliki kerajaan alam semesta sepanjang waktu dan zaman ini ada, sebelum waktu dan zaman ini ada, sebelum alam semesta ada, Allah telah Maha Ada, maka tidak bisa dikatakan " Kapan Allah itu ada? ", karena "Kapan" adalah untuk pertanyaan waktu, sedangkan "waktu" itu diciptakan oleh Allah, maka "waktu" tidak bisa mengikat Allah karena waktu diciptakan oleh Allah.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sampailah aku dan kalian di malam hari ini sebagai tamu Allah, dalam undangan Allah, dengan kehendak Allah lah aku dan kalian hadir, dalam perkumpulan jamuan rahmat Ilahi yang abadi, sedemikian banyak anugerah ditumpahruahkan oleh Allah subhanahu wata'ala untuk aku dan kalian, dan sebenarnya masa hidup kita sejak lahir hingga wafat memang untuk dilimpahi rahmat namun kita yang mengotorinya dengan dosa dan kehinaan, hidup kita sejak lahir hingga wafat sudah Allah tuntunkan kepada sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam untuk kita panut dan kita ikuti, namun kita yang merusak cinta Allah subhanahu wata'ala dan terus menjauh dari pintu kelembutan menuju pintu kemurkaan, terus menghindari kemulian, pahala dan ibadah, terus selalu ingin berbuat dosa dan maksiat, kita duduk di majelis ini 1 atau 2 jam saja terkadang kita telah merasa gerah dan kesal, tetapi kita tidak bosan jika berjam-jam duduk dalam menghadapi dosa seperti mengumpat, menceritakan aib orang lain, atau menceritakan hal-hal yang tidak berguna dan lainnya tetapi kita tidak merasa lelah, sedangkan hanya dalam 1 atau 2 jam kita duduk dalam rahmat kita merasa gundah, maka dengan kehadiran ini karena kita telah diizinkan Allah untuk hadir, dan juga mereka yang mendengarkan semoga Allah perbaiki keadaan kita dengan seindah-indah keadaan, semoga dosa-dosa kita Allah gantikan dengan pahala, sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala:

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا ( الفرقان: 70

" Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti dengan kebajikan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". ( QS.Al Furqan: 70 )

Ya Rabb, semoga semua nama kami Engkau gantikan semua dosa kami dengan pahala, dan kami tidak berdoa kecuali Engkau pula yang telah mengizinkan kami untuk memintanya, dan kami tidak menyebutnya kecuali Engkau pula yang telah menghendakinya, semoga hal itu benar-benar terjadi padaku dan kalian, Allah gantikan dosa-dosa kita dengan pahala wahai Yang Maha berhak diharapakan ketika semuanya sudah tidak bisa lagi diharapakan, dan gerbang harapan terluas hanyalah pada-Mu Ya Rabbi. Tuhanku dan tuhan kalian, penciptaku dan pencipta kalian, pemilikku dan pemilik kalian, Dialah Allah subhanahu wata'ala dan kelak kita akan berjumpa dengan-Nya, akan datang waktu kita menghadap kepada-Nya, semoga kita berjumpa dengan Sang Maha pencipta datang dengan wajah yang cerah, dan bukan datang dalam keadaan buta. Allah subhanahu wata'ala berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى ( طه : 124 )

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. Thaha: 124)

Orang yang selalu berpaling dari dzikir menyebut nama Allah, yang selalu menghina dan meremehkan dzikir dengan sebutan nama Allah, maka dia akan menemui kehidupan yang gelap dan penuh kesusahan dan kesempitan di dunia, dan di akhirat mereka dikumpulkan dalam keadaan buta, na'uzubillah. Maka orang itu bertanya, sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala:

قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا ( طه: 125 )

"Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?". ( QS. Thaha: 125 )

Mengapa?, karena mereka ketika di dunia menyia-nyiakan Allah subhanahu wata'ala dan meremehkan dzikir kepada-Nya, namun Alhamdulillah kehadiranku dan kalian disini menunjukkan bahwa aku dan kalian Insyaallah tidak akan dibutakan oleh Allah kelak di hari kiamat, dengan berkumpul dan hadir di majelis dzikir seperti ini akan menjadikan kita bukanlah orang-orang yang buta di hari kiamat, karena mereka yang dibutakan adalah mereka yang menghindar dan berpaling dari dzikir kepada Allah, sedangkan kita tidak menghindar dari dzikir yang telah disebut dalam firman Allah, justru kita mendatanginya. Maka sambutan Allah ta'ala sangatlah agung dan hangat, bahkan Allah menjelaskan kepada kita bahwa kita sedang bersama Allah saat kita mengingat-Nya, sebagaimana firman Allah dalam hadits qudsy riwayat Shahih Al Bukhari:

أَنَا مَعَ عَبْدِيْ حَيْثُمَا ذَكَرَنِيْ وَتَحَرَّكَتْ بِيْ شَفَتَاهُ

"Aku bersama hamba-KU ketika ia mengingat-Ku dan bergetar bibirnya menyebut nama-KU"

Getaran bibir menyebut nama Allah dilihat oleh Allah, ditelaah oleh Allah, diingat oleh Allah, dan Allah subhanahu wata'ala memuliakan bibir dan lidah yang bergetar menyebut nama Allah, maka beruntunglah dan adakah yang lebih beruntung dari bibir dan lidah yang menyebut nama-Nya?!. Hadirin hadirat, semua huruf dan kalimat yang kau ucapkan siang dan malam, demi Allah tidak ada kalimat yang lebih agung dari kalimat yang ketika engkau ucapkan Allah melihat dan memuliakannya: " hamba-Ku bergetar bibirnya menyebut nama-Ku", maka bagaimana jika hanya bibir yang bergetar menyebut nama Allah telah disebut oleh Allah dalam firman-Nya dan dimuliakan, maka terlebih lagi hati yang bergetar menyebut nama-Nya, hati yang ingat kepada Allah, dan air mata yang mengalir karena rindu kepada Allah, dan salah satu kelompok yang dinaungi oleh Allah di hari kiamat dimana tiada naungan selain naungan Allah adalah seseorang yang mengingat Allah kemudian mengalir air matanya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

رَجُلٌ ذَكَرَاللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

" Seseorang yang mengingat Allah dalam kesunyian kemudian kedua matanya mengalirkan air mata"

Hari kiamat kelak matahari hanya sejengkal di atas kepala dan demikian panasnya matahari itu, namun orang-orang yang berlinang air matanya karena mengingat Allah maka tidak akan dilupakan oleh Allah subhanahu wata'ala.

Hadirin hadirat, diantara mereka yang telah masuk ke dalam surga ada yang masih berwajah suram, maka Allah memerintahkan malaikat untuk memberi apa yang mereka minta , mengapa mereka belum juga gembira. Maka ketika ditanya, mereka berkata: "Kami, belum melihat keindahan Allah padahal kami sudah berada di surga", mereka adalah orang-orang yang terakhir keluar dari neraka dan ingin melihat keindahan Allah, maka Allah subhanahu wata'ala berkata: "Wahai malaikat, singkirkan dan bukakan tabir yang menghalangi-Ku dengan hamba-hamba-Ku", maka malaikat berkata: "Wahai Allah mata-mata mereka banyak bermaksiat ketika di dunia, maka mereka tidak pantas untuk memandang keindahan dzat-Mu walaupun mereka telah masuk ke surga", maka Allah berkata: "Angkatlah tabir penghalang itu, biarkanlah mereka melihat keindahan-Ku, karena dulu penglihatan mereka pernah mengalirkan air mata rindu ingin berjumpa dengan-Ku, maka mereka berhak melihat keindahan-Ku". Demikian Sang Maha Indah yang akan kau temui kelak dan tidak satupun yang pernah hidup di dunia kecuali pasti akan berjumpa dengan pemiliknya di hari kiamat, yaitu Allah subhanahu wata'ala.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Yang Maha memiliki kenikmatan dan kelembutan dan kasih sayang, kasih sayang di dunia dan akhirah,Ar Rahman Ar Rahiim Yang Maha berkasih sayang kepada seluruh makhlukNya dan Maha lebih berkasih sayang kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, semoga aku dan kalian selalu dalam naungan Ar Rahman Ar Rahim, selalu dalam naungan rahmat dan kasih sayang Allah bagi hamba-hamba-Nya di dunia dan kasih sayang Allah bagi hamba-hamba-Nya di akhirah, amin ya rabbal 'alamin. Dan telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa:

أَفْضَلُ اْلعِبَادَةِ الدُّعَاءُ

"Sebaik-baik mulia ibadah adalah doa"

Karena semua ibadah adalah hakikat doa. Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah Sampailah kita pada hadits agung, Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

أُنْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُوْمًا، فَقَالَ رَجُلٌ : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَنْصُرُهُ إِذَا كاَنَ مَظْلُوْمًا أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ، قَالَ: تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهُ مِنَ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ

“Tolonglah saudaramu dalam keadaan ia menzhalimi atau dizhalimi. Maka seorang lelaki berkata: ‘Saya menolongnya jika ia dizhalimi, bagaimana pendapatmu jika ia yang menzhalimi, bagaimana saya menolongnya?’ Beliau menjawab : ‘Engkau halangi dia atau engkau mencegahnya dari berbuat zhalim, maka sesungguhnya hal itu merupakan pertolongan terhadapnya’.

Oleh sebab itu, berdasarkan hadits ini, kita memahami bahwa sedemikian banyak saudara kita yang berbuat zhalim, dan Rasul telah memerintahkan agar kita menolong orang yang dizhalimi dan yang zhalim pun tidak dilupakan. Menolong orang yang dizhalimi itu sudah jelas dimengerti dan tidak perlu saya jelaskan, seperti orang yang ditindas, orang yang dijahati oleh orang lain maka Rasul memerintahkan untuk ditolong, tetapi Rasulullah juga memerintahkan untuk menolong orang-orang zhalim, kenapa ditolong?, maksudnya bukan ditolong dalam berbuat jahat tetapi ditolong supaya tidak berbuat jahat, ditolong supaya mundur dari perbuatan jahatnya, apa yang telah membuatnya berbuat jahat, misalnya kesusahan tidak mempunyai makanan, maka kita tolong dia dengan memberi apa yang kita miliki, atau yang membuatnya jahat karena benci atau iri dengan saudaranya maka bantulah dia dengan memberinya pemahaman dan mengenalkan padanya bahwa dendam dan kebencian itu tidak berguna jika dipendam di hati, yang berguna adalah untuk tabungan pahala, itulah yang berguna, kita punya dendam, kesal atau kebencian hal itu tidak berguna jika dipendam di hati karena hanya akan menghalangi kekhusyu'an dzikirmu, menghalangi ketenangan hari-harimu maka singkirkan kebencian itu dan jadikan sebagai tabungan di akhirah, lupakan dan pendam dengan samudera maaf di hatimu, dan hal itu akan menjadai tabunganmu yang akan kau ambil kelak di hari kiamat.

Dan semua orang-orang yang pernah kau maafkan pahalanya begitu agung, dan ingat bahwa sang Maha Pemaaf sangat malu jika tidak memaafkan hamba-Nya yang pemaaf, Dia Allah subhanahu wata'ala Maha Indah dan juga Maha mengadili. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa seseorang yang diadili dan terus diadili hingga ia kehabisan amal, lalu ia pun dibawa ke penjara neraka untuk bertanggung jawab karena kesalahannya, maka ia berkata: "Wahai Allah, dulu aku sering memaafkan orang yang zhalim kepadaku, aku sering membantu banyak orang", maka Allah subhanahu wata'ala berkata: "Bebaskan hamba-Ku", mengapa?, karena ia selalu memaafkan orang lain di dunia, maka Allah juga malu untuk tidak memaafkannya di akhirah atas kesalahan-kesalahannya.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Jika ingin dimaafkan dari dosa-dosa, maka maafkan kesalahan orang lain kepadamu dan kau akan dibebaskan dan mendapatkan cahaya maaf dari Sang Maha Pemaaf, karena Sang Maha Pemaaf malu jika tidak memaafkan hamba-Nya yang pemaaf. Sebagaimana sebuah doa yang teriwayatkan dalam riwayat yang shahih:

اَللّهُمَّ إِنَكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا

"Wahai Allah, sesungguhya Engkau Maha pemaaf, menyukai maaf maka maafkanlah kami"

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Allah subhanahu wata'ala berfirman:

وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ ( الحجرات : 9 )

"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil". ( QS. Al Hujurat: 9 )

Allah subhanahu wata'ala memerintahkan jika ada perpecahan antara muslimin, maka damaikanlah, dan jika tidak mau berdamai maka desaklah hingga ia mau berdamai. Ayat ini turun dalam kejadian Abdullah bin Ubay, pimpinan orang-orang munafik di Madinah Al Munawwarah, ketika Rasulullah berjalan bersama para shahabat Ra maka Abdullah bin Ubay menutup hidungnya dan berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Cepatlah kau berjalan kesana, bau busuk keledaimu menggangguku" , maka mendengar hal itu para sahabat marah dan berkata: " Sungguh air seni keledai Rasulullah lebih wangi dari bau minyak wangimu wahai Abdullah bin Ubay…!!!", maka pengikut Abdullah bin Ubay marah dan akhirnya terjadilah perkelahian diantara mereka, maka turunlah ayat diatas.

Al Imam Bukhari di dalam Shahihnya menjelaskan dan disyarahkan oleh Al Imam Ibn Hajar, bahwa Allah mengatakan: "Dua kelompok orang mu'min", padahal kelompok yang lainnya adalah pengikut Abdullah bin Ubay, dan Abdullah bin Ubay sudah jelas-jelas dia meninggal dalam keadaan munafik , tetapi mengapa Allah katakan mereka sebagai dua kelompok orang mu'min?, karena ada diantara pengikut Abdullah bin Ubay yang munafik kemudian bertobat dan menjadi mu'min pembela sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Allah melihat hal itu, namun pengikut Rasulullah tidak mengetahuinya yang mereka tau hanyalah pengikut Abdullah bin Ubay.

Maka maksud ayat ini adalah ketika kedua kelompok mu'minin bertikai hendaknya kita menjadi penengah dan menjadi pendamai karena kedua-duanya adalah kelompok mu'minin, walaupun diantara salah satu kelompok itu ada orang munafik.

Demikian pula diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, ketika Rasul shallallahu 'alaihi wasallam telah wafat , Ahnaf bin Qais Ra berkata: "Ketika aku keluar dengan pedangku, aku bertemu dengan Abu Bakrah Ra ". Abu Bakrah Ra (bukan Abubakar Ashhiddiq ra) adalah salah seorang sahabat yang diakui sebagai Al Arif billah, seseorang yang terkenal dan telah mencapai derajat yang tinggi dalam keilmuan dan keshalihannya di kalangan para sahabat, kemudian beliau bertanya kepada Ahnaf bin Qais: "wahai Ahnaf, engkau mau kemana?" , maka ia menjawab : "Aku mau menolong sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw", yang ketika itu sedang terjadi percekcokan dengan sayyidah Aisyah ummul mu'minin Ra dalam perang Jamal. Maka Abu Bakrah Ra berkata : "Berbalik dan pulanglah!!", maka ia berkata: "mengapa aku harus pulang, sedangkan aku ingin menolong sayyidina Ali", sayyidina Abu Bakrah terus mendesaknya untuk pulang dan berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إِذَا تَوَاجَهَ الْمُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِى النَّارِ

" Apabila dua orang muslim saling berhadapan dengan kedua pedangnya maka si pembunuh dan yang dibunuh sama-sama dineraka"

Maka ketika itu Abu Bakrah bertanya kepada Rasulullah: "wahai Rasulullah, sudah pasti orang yang membunuh dia di neraka, tapi yang dibunuh mengapa juga di neraka, apa kesalahannya?".Maka Rasulullah menjawab: "yang dibunuh pun telah bermaksud untuk membunuh temannya itu ", maka keduanya sudah memiliki niat untuk membunuh.

Hadirin hadirat, padahal yang sedang bertikai adalah kelompok sayyidina Ali bin Abi Thalib dan kelompok sayyidah Aisyah Ra ummul mu'minin, tidak mungkin keduanya masuk ke dalam neraka dengan kejadian pertiakaian ini.

Di saat itu sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw sebagai Khalifah, dan ketika itu sayyidah Aisyah, sayyidina Zubair bin 'Awwam dan 'Amr bin Ash Radiyallahu 'anhum ajma'in, mereka ingin menuntut pembunuh sayyidina Utsman bin Affan yang bersembunyi memohon pertolongan kepada sayyidina Ali bin Abi Thalib dan jangan sampai mereka dibunuh, maka sayydina Ali berkata bahwa permasalahan sudah selesai, maka dua kelompok bertemu, kelompok sayyidina Ali bin Abi Thalib dan kelompok sayyidah Aisyah yang menuntut untuk segera mengadili orang yang membunuh sayyidina Utsman bin Affan

Maka sayyidina bin Abi Thalib meminta agar mereka tenang saja, karena kekhalifahan sudah diserahkan kepada sayyidina Ali maka dialah yang mengadili pembunuh sayyidina Utsman, maka kelompok sayyidah Aisyah pun tenang, namun orang yang membunuh sayyidina Utsman yang bersembunyi di dalam kelompok sayyidina Ali setelah melihat kejadian mereka tahu bahwa mereka akan diadili juga oleh sayyidina Ali, bukan justru dibebaskan, maka merekapun takut dan khawatir.

Akhirnya mereka menjadi profokator yang kemudian menyerang kelompok sayyidah Aisyah dan terjadilah peperangan dan kelompok sayyidah Aisyah yang kalah sehingga mereka bisa selamat, cara memprofokasi seperti ini sudah ada dari zaman Khulafa'ar rasyidin, maka pasukan orang-orang yang membunuh sayyidina Utsman bin Affan, kaum munafik itu menyerang kelompok sayyidah Aisyah dan merekapun membela diri dan terjadilah pertumpahan darah, tidak lama kemudian peperangan selesai dan sayyidina Ali bin Abi Thalib yang memenangkan peperangan itu, para sahabat enggan untuk memerangi sayyidina Ali karena dia adalah Babul 'Ilm (pintu ilmu), tetapi para sahabat ingin melindungi ummul mu'minin, istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka disaat itu para sahabat yang lain bertanya: " wahai Khalifah, bagaimana dengan mereka yang kalah, kita tangkap saja mereka", maka sayyidina Ali marah mendengar hal itu, dan berkata: " siapa yang mau menangkap istri Rasulullah, siapa yang mau mengambil harta Rasulullah?! ", semuanya terdiam. Akhirnya maslah pun terselesaikan dan tidak ada masalah lagi.

Hadirin hadirat, hal ini sudah terjadi di masa lalu, kalau sudah terjadi hal yang seperti ini, maka pantaslah jika Abu Bakrah berkata kepada Ahnaf bin Qais untuk kembali pulang dan tidak ikut-ikutan dalam dalam percekcokan yang terjadi antara sayyidina Ali dan sayyidah Aisyah Ra, sayyidina Abu Bakrah mengetahui jika semakin banyak yang datang kesana, maka permasalahan akan semakin rumit.

Kejadian itu terjadi dan diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari. Kejadian itu saya sampaikan berdasarkan kejadian Qubah Haddad yang lalu, dan saya sarankan kepada jamaah Majelis Rasulullah untuk mundur karena sudah ada mereka yang disana dari masyarakat setempat, jamaah muhibbin juga serta saudara-saudara kita yang lain juga ada disana, dan saya memerintahkan jamaah Majelis Rasulullah supaya mundur, karena memang kita tidak pernah mau berbuat hal yang anarkis dan kekerasan, kita berdakwah dengan kedamaian, tetapi bukan berarti kita hanya diam, dan cukup saya yang bertindak, saya menghubungi Gubernur, saya menghubungi Sekda, saya menghubungi staf khusus kepresidenan agar penggusuran makam dibatalakan, dan aparat kepolisian ditarik karena masyarakat tidak akan pergi jika aparat tidak mundur. Alhamdulillah akhirnya damai juga, dan saat itu Presiden mengutus 3 Menteri kesana dan masalah bisa diselesaikan, Insyaallah.

Hadirin hadirat, namun hati-hati dengan atributmu, saya juga mendapat telepon dari Kapolda yang meminta saya untuk menarik para jama'ah, padahal saya tidak mengirim jamaah kesana , meskipun banyak yang memakai jaket Majelis Rasulullah, dan saya tidak pernah memberi instruksi, seharusnya jangan terjun jika tidak ada instruksi, jika ada instruksi dari pusat untuk terjun maka silahkan terjun.

Majelis Rasulullah bukan majelis pengecut, kita tidak takut mati, kita cinta Allah, rindu kepada Allah dan sayyidina Muhammad shallallahu 'alihi wasallam, maka tidak ada jamaah Majelis Rasulullah yang takut mati, jangan mengira kita adalah penakut tapi kita berjalan dengan mengikuti bimbingan guru kita, jika ada instruksi maka berangkatlah, dan jika tidak ada instruksi janganlah berangkat. Intruksinya adalah jangan dengan jalan kekerasan, mereka yang memilih jalan kekerasan maka silahkan, mereka punya guru sendiri dan tanggung jawab mereka sendiri, dan mereka mengikuti guru mereka tidak salah dan kita juga mengikuti guru kita.

Hadirin hadirat, demikian yang saya perbuat seperti kejadian sayyidina Abu Bakrah Ra yang tidak ingin carut marut, sebagian dari mereka bertanya mengapa saya tidak kesana? Saya katakan kalau saya kesana, dan diliput oleh media bahwa saya ada disana, maka ratusan ribu jama'ah yang akan kesana dan keadaan akan semakin carut marut bukannya semakin aman, maka lebih baik saya tidak datang ke lokasi tetapi saya terus menerus menghubungi Kapolda, Sekda, dan staf khusus kepresidenan agar masalah ini segera ditarik dan diselesaikan, maka tidak perlu repot terjun kesana karena yang membela makam mulia sudah ada.

Namun ketahuilah bahwa makam-makam para shalihin itu ada yang bisa dipindah dan ada yang tidak bisa dipindah, seperti makam Al Habib Nouh Al Habsyi di Singapura tidak bisa dipindah dan tidak ada yang membelanya karena muslimin disana hanya sedikit, mesinnya mati tidak bisa digerakkan, mau digusur juga tidak bisa karena memang Shahibul makam dilindungi oleh Allah subhanahu wata'ala, karena Allah tidak menghendakinya, tetapi ada juga makam yang bisa dipindah seperti makam Ayah Al Habib Umar bin Hud Al Atthas dipindahken ke kuburan Karet karena dikehendaki oleh Allah, bahkan ada makam yang dipindah bukan oleh manusia tetapi dipindah oleh kehendak Allah subhanahu wata'ala dan kejadian ini benar benar terjadi dalam riwayat yang jelas dan terpercaya, dan bukan dalam Shahih Al Bukhari.

Dimana ketika seseorang di London wafat, dan diwaktu yang sama wafat juga seseorang di Madinah Al Munawwarah. Seorang yang wafat di Madinah setelah dimakamkan dan tidak lama setelah itu ibunya datang dan ingin melihat wajah anaknya, dan memaksa untuk menggali lagi kuburan itu sambil menjerit-jerit di kuburan, maka akhirnya digali kuburan itu dan setelah dilihat ternyata jenazah anaknya berubah menjadi orang bule, bukan orang Arab. Semua orang heran dan timbul banyak pertanyaan, tetapi tidak terjawab. Dan kejadian serupa pun terjadi di London setelah kuburan itu digali untuk suatu hal, ternyata jasadnya berubah menjadi orang Arab, rasa heran dan pertanyaan pun tidak terjawab, mengapa jasadnya berubah.

Akhirnya setelah beberapa lama, Allah mentakdirkan kedua wanita bertemu saat umrah, dan saling mengenalkan diri dan berkata bahwa wanita itu berasal dari London dan baru masuk Islam beberapa tahun berselang, setelah keduanya semakin akrab akhirnya wanita itu pun bercerita bahwa ketika itu ada kejadian aneh dimana salah satu saudaranya yang meninggal dan dikuburkan di London, tidak beberapa lama setelah kuburan itu digali dan ternyata jasadnya berubah menjadi orang Arab, dan ia menunjukkan foto orang arab itu, wanita yang satunya kaget dan berkata bahwa foto itu adalah saudaranya yang telah wafat dan dikuburkan di Madinah tetapi setelah kuburan itu digali jasadnya juga berubah menjadi orang bule, kemudian setelah diperlihatkan foto orang bule itu, wanita yang dari London berkata bahwa foto itu adalah keluarganya yang wafat dan dimakamkan di London.

Akhirnya setelah ditanya ternyata lelaki yang wafat yang berasal dari London itu adalah seseorang yang bukanlah dari kalangan berada tetapi dia banyak bershalawat kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan sangat ingin berziarah ke makam sang nabi, sehingga setiap hari yang dibicarakan adalah ziarah kesana tetapi sampai ia wafat pun ia belum sempat berziarah kesana.

Dan sebaliknya orang Arab yang wafat itu selama 50 tahun tinggal di Madinah hingga ia wafat ia tidak pernah mau berziarah ke makam Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Allah subhanahu wata'ala memindahkannya ke London, tidak pantas ia berada di perkuburan Baqi', sedangkan jenazah yang di London yang mencintai dan rindu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Allah pindahkan ia ke perkuburan Baqi' di Madinah Al Munawwarah, dan hal ini tidak ada manusia yang memindahkannya tetapi Allah yang memindahkannya karena bumi ini adalah milik-Nya, sebagaimana firman-Nya:

وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ (فاطر: 17 )

"Dan yang demikian itu tidaklah sulit bagi Allah". ( QS. Fathir: 17 )

Maka hal yang seperti itu bukanlah hal yang sulit bagi Allah subhanahu wata'ala. Demikian hadirin sekalian, masalah yang sudah terjadi biarlah terjadi namun saya mohon janganlah kita lepas dari tuntunan guru mulia kita Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Muhammad Al Hafizh, supaya kita jangan mengambil tindakan yang anarkis, kita tetap dengan cara kita, tetapi tidak hanya tinggal diam, kita bergerak tetapi diam-diam saja, biarkan mereka tidak mengetahuinya. Tetapi jika diantara kalian ada yang merasa bahwa langkah Habib Munzir salah, yang benar adalah ikut membela, maka silahkan saja karena saya bukan nabi dan Habib Umar bin Hafizh juga bukan nabi, maka silahkan jika ada diantara kalian yang mau melangkah mengambil tindakan kekerasan tetapi jangan memakai atribut Majelis Rasulullah, karena jika kalian memakai atribut Majelis Rasulullah maka yang bertanggung jawab adalah pimpinannya.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Dalam riwayat Shahih Al Bukhari, ketika sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib Kw berada di pangkuan Rasulullah, maka Rasulullah berkata:

اِبْنِيْ هَذَا سَيِّدٌ، وَلَعَلَّ اللهَ يُصْلِحُ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ عَظِيْمَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

“Sesungguhnya anakku ini adalah Sayyid (pemimpin). Semoga melalui perantaraannya Allah akan mendamaikan dua kelompok besar kaum muslimin”

Dan ternyata benar, setelah sayyidina Ali bin Abi Thalib wafat maka sayyidina Hasan dikenal sebagai ulama' besar, maka sayyidina Mu'awiyah dihasud oleh kaum munafikin untuk merebut kekhalifahan dari sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib Kw, karena sayyidina Hasan adalah salah seorang ulama' dan sayyidina Muawiyah adalah seorang yang ahli strategi dalam kenegaraan maka dialah yang sepantasnya memegang kepemimpinan dan bukan sayyidina Hasan, akhirnya sayyidina Hasan tetap bertahan karena itu adalah mandatnya.

Akhirnya mulailah terjadi pertumpahan darah antara kaum muslimin dan mundurlah sayyidina Hasan bin Ali dan berkata: "Ambillah kepemimpinan ini, bagiku satu tetasan darah muslim yang wafat jauh lebih utama untuk diselamatkan daripada seribu kepemimpinan", akhirnya ia pun mundur dan ia merelakan hal itu demi tidak terjadinya pertumpahan darah anatara muslimin , itulah perbuatan sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib Kw.

Begitu pula perbuatan sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib Kw yang dibunuh oleh pasukan yang menyerangnya karena ia dijebak untuk diperangi, dimana ketika itu sayyidina Husain diundang supaya datang ke wilayah Karbala, dan ia pun datang bersama anak-anak dan istrinya dan bukan untuk perang, karena jika untuk perang beliau tidak akan membawa istri dan anaknya, mereka datang untuk berdamai, namun disampaikan kepada Yazid bahwa Husain putra Ali bin Abi Thalib datang dengan pasukannya untuk merebut kekuasaan, maka Yazid bin Mu'awiyah pun mengerahkan pasukannya dan memerintah untuk membantai sayyidina Husain hingga wafat.

Merekalah dua pemimpin syuhada' di surga, sayyidina Hasan dan Husain Radiyallahu 'anhuma, tidak ada maksud untuk merebut kepemimpinan dan tidak pula untuk pertumpahan darah. Oleh sebab itu Al Imam Ahmad Al Muhajir bin Ahmad bin Isa 'alaihi rahmatullah meninggalkan Baghdad karena takut pertikaian, karena saat itu para Habaib terus dimusuhi dan dicurigai ingin merebut kepemimpinan, maka akhirnya ia pindah ke Hadramaut sebuah tempat yang tandus yang jauh dari perebutan kepemimpinan, padahal beliau adalah imam besar, Ahmad bin Isa adalah seorang ulama' yang sangat luar biasa tetapi mengapa pindah ke lembah yang tandus?, karena ia ingin menyelamatkan keturunannya agar tidak menjadi orang-orang yang dibantai dan terkena fitnah dalam masalah kepemimpinan, dan ternyata pindahnya Al Imam Ahmad Al Muhajir ke Hadramaut tidak membuat dakwahnya padam, justru keturunannya lah yang berpencar dan diantaranya adalah Wali Songo yang sampai ke pulau Jawa, diantaranya juga ada yang sampai ke Papua, Makassar dan ke seluruh dunia dan kebanyakan dari mereka adalah keturunan Al Imam Ahmad Al Muhajir bin Ahmad bin Isa.

Hadirin hadirat, demikianlah kembang dan bunga dari kedamaian, dan buah dari lari dari pertikaian dan perpecahan adalah kesuksesan saat ia hidup dan setelah ia wafat, kesuksesan perjuangannya abadi hingga hari kiamat.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Oleh sebab itu, sayyid Al Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali Ba'alawy pimpinan thariqah 'alawiyah mematahkan pedangnya dan berkata: "Mulai saat ini keturunanku tidak akan lagi turun ke dalam kancah peperangan, pertempuran atau perebutan kepemimpinan", demikian perbuatan sayyidina Al Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali Ba'alawy, dan tentunya kita mengikuti khalifah kita, dari guru ke guru sampai kepada sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang tidak menghendaki terjadi pertikaian, sebagaimana sabda beliau, "bahwa setelah beliau wafat, maka janganlah terjadi saling hantam antara satu ummat dan yang sama lainnya".

Mari kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata'ala supaya Allah satukan kita dalam satu shaf tanpa ada perpecahan dan saudara-saudara kita yang bertindak dengan ketegasan tentunya tidak ada permusuhan dengan kita, karena masing-masing memiliki strategi dakwah, dan strategi kita adalah kedamaian mengikuti guru mulia kita, dan mereka pun mengikuti guru mereka.

Hadirin hadirat, satu hal lagi yang ingin saya sampaikan adalah mohon doa dari jamaah sekalian dengan dekatnya acara bersama guru mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Muhammad Al Hafizh yang akan tiba di Indonesia pada pertengahan bulan Juni, dan Alhamdulillah telah disepakati untuk malam Jum'at insyaallah kita adakan acara dzikir dan tabligh akbar bersama beliau di Gelora Bung Karno, kemudian tabligh akbar juga bersama beliau malam Selasa di Monas, dan sepuluh hari setelahnya adalah acara akbar Isra' Mi'raj.

Tiga acara akbar, dua acara dihadiri oleh guru mulia insyaallah, dan yang ketiga kita akan berkumpul setelah kepulangan beliau ke Tarim Hadramaut, semoga acara-acara ini sukses, amin. Kita sukseskan acara ini, kemarin ketika 12 Rabiul Awal telah berkumpul 1 juta muslimin muslimat untuk berdzikir "Ya Allah" 1000 kali bersama-sama, semoga acara-acara kita yang akan datang bersama guru mulia lebih banyak lagi yang hadir.

Hadirin hadirat, kita tidak pernah berhenti berjuang untuk terus membenahi seluruh bangsa kita, bumi Jakarta dan seluruh wilayah di barat dan timur semoga semakin makmur dengan panji dan dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzal Jalali wal ikram, kami bermunajat kehadirat-Mu agar Engkau tumpahkan kepada kami kebahagiaan dunia dan akhirah, kami telah memahami bahwa semua kami yang hadir disini dan yang mendengar telah Engkau izinkan untuk sampai kepada rahmat ini, entah dengan jasad kami atau dengan telinga kami, maka sampaikan kami pada samudera rahmat-Mu dunia dan akhirah dan terbitkan matahari kebahagiaan dunia dan akhirah, matahari kemuliaan dunia dan akhirah, percepatlah terbitnya kemakmuran bagi muslimin muslimat Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzal Jalali wal Ikram.

Semoga semua yang hadir di tempat ini dan yang mendengarkan di tempat yang jauh semoga selalu dalam kebahagiaan, selalu dalam keluhuran, selalu dalam pengampunan, selalu dalam kesucian, selalu dalam pengabulan doa dan munajat, selalu dalam kemakmuran dunia dan akhirah, Rabbi...tanda-tanda munculnya kemakmuran telah kami lihat, perpecahan semakin banyak, pembunuhan semakin banyak, gempa bumi semakin banyak, yang mengaku nabi semakin banyak, maka kami menanti janji nabi-Mu yang terakhir yaitu terbitnya kemakmuran, maka terbitkanlah Ya Allah…

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita terus berdoa semoga Allah subhanahu wata'ala menjaga bumi Jakarta dan bangsa kita dari perpecahan, fitnah dan permasalahan, semoga acara-acara kita bersama guru mulia sukses dan yang hadir lebih dari 1 juta insyaallah, dan lebih banyak lagi yang hadir di acara-acara selanjutnya, amin allahumma amin.

Jadilah pejuang-pejuang Rasulullah, yaitu yang selalu memperjuangkan sunnah beliau shallallahu 'alaihi wasallam, maka berjuanglah dengan kedamaian, dengan ketenangan, dengan kebaikan dan serta memperbanyak ibadah dan doa maka hal itu telah mengkelompokkan kita dalam kelompok para pendukung sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, semoga Allah memuliakan kita, tidak lupa juga permohonan doa bagi saudara-saudara kita yang akan menerima kabar kelulusan ujian semoga diberi kelulusan, dan diberi kesuksesan oleh Allah.

Ada yang diberi kelulusan dan gembira tetapi setelah lulus tidak sukses hidupnya, ada juga yang diberi tidak lulus tetapi setelah itu ia sukses dalam hidupnya, ada yang lulus dan sukses tetapi di akhirat terhinakan, wal'iyadzubillah. Kita meminta kelulusan dan kesuksesan di dunia dan akhirah, amin. Kita lanjutkan dengan qasidah mengingat kembali keindahan nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, tafaddhal.