Penghinaan Terhadap Al-Qur'an

kita dapat melihat fakta empirik hanya kitab suci milik umat Islamlah yang berdasarkan uji ilmiah bersesuaian dengan ilmu pengetahuan modern. Al Quran adalah kitab suci yang bersifat complementary (saling mengisi, saling melengkapi, dan saling mengimbangi) terhadap berbagai sisi kehidupan di alam semesta ini. Dengan kata lain, belum ada kitab suci lain yang sebanding serta dapat disandingkan dengan Al Quran.
Jika kita mau jujur. Berkepala dingin. Atau tidak sekadar mengedepankan kepentingan diri maupun golongan, tentu dari berbagai literatur ilmiah yang telah diterbitkan baik dalam bentuk cetak maupun elektronik, pasti diperoleh pemahaman semacam itu. Sampai hari ini, setelah terbitnya buku-buku karya Maurice Bucaille, rasanya belum ada catatan-catatan ilmiah atau literatur-literatur ilmiah, yang pemaparannya berbasis pada kitab suci lain, selain Al Quran. Tapi, ada buku lain, novel religius-ilmiah karya seorang ulama besar asal Libanon, Syaikh Nadim Al Jirs berjudul: Qishshah al Iman bain al Falsafah wa al-‘Ilm wa al Qur’an, juga cukup argumentatif (Diterjemahkan di Indonesia: Mengembara Mencari Tuhan)..
Tapi bukan berarti Al Quran atau Nabi Muhammad tidak luput dari hinaan. Sebagai konsekwensi dari adanya sifat dasar manusia, setiap agama di dunia ini selalu pernah mengalami hujatan dari umat agama lain. Umat Islam tentu masih ingat ketika koran harian terbesar di Denmark, Jyllands-Posten, edisi 30 September 2005 menerbitkan kartun yang menghina panutan umat muslim itu. Tindakan ini kemudian diikuti koran terbitan Norwegia, Magzinet edisi tanggal 10 Januari 2006. Negara-negara lain yang tidak mau ketinggalan memuat kartun penghujatan Nabi adalah Jerman, Selandia Baru, dan Prancis.
Harian lokal Prancis France Soir edisi Rabu (1/2/2006), dengan alasan kebebasan kreativitas dan berekspresi yang tak terikat oleh doktrin agama, secara sengaja justru memuat ulang karikatur Nabi Muhammad. Seolah menantang, koran itu menulis judul utama “Ya, Kami Berhak untuk Mengkarikaturkan Tuhan.” Beritanya dilengkapi dengan kartun “tuhan” dari agama Buddha, Yahudi, Islam dan Kristen melayang-layang di atas awan. Kartun-kartun itu diberi tambahan tulisan: “Jangan khawatir Muhammad, kami semua juga menjadi bahan karikatur.”
Di Indonesia, terjadi di Bekasi. Karikatur penghujatan Nabi itu dipublikasikan pada halaman satu di tabloid Petra edisi nomor 53 tahun II tanggal 2-6 Februari 2006. Sedangkan di Surabaya, tabloid Gloria mengikuti jejak Denmark dengan menampilkan karikatur penghujatan Nabi pada edisi 288, Februari 2006. Pada rubrik “Peristiwa” halaman 10, Gloria mempublikasikan tiga kartun penghujatan Nabi yang dilukiskan sebagai seseorang yang memakai sorban berbentuk bom. Pada bagian bawah kartun tertulis: “Prophet Mohammad Cartoon.” Tepat di sampingnya, terdapat gambar seorang laki-laki di belakang meja, tangannya memegang poster bertuliskan: “This is Freedom of Expressions.”
Bila dicermati, penghinaan itu lebih banyak dilatarbelakangi oleh dorongan ego yang sempit, daripada hasil olah pikir yang berbasis rasio-ilmiah. Dengan kalimat lain, sebenarnya dapat dinyatakan sebagai bentuk lain dari pengakuan “kebenaran” terhadap Al Quran beserta Nabi Muhammad dalam potret wajah yang berbeda. Tapi kita bisa mengambil hikmah setelah menyaksikan secara kasat mata, bagaimana orang Barat beserta media massanya, menghina Al Quran dan Nabi Muhammad Saw. Tapi yakinlah, Islam akan semakin mulia. Karena manusia yang menghina, kedudukannya selalu lebih rendah daripada yang dihina.
Di bawah ini beberapa contoh tindak penyelewengan terhadap ayat-ayat Al Quran, Penulis kutip dari Saramuslim.net atas karya-karya Pendeta Nurdin, dosen Islamologi di beberapa perguruan tinggi theologia ini, menerbitkan buku-buku dengan kamuflase bahasa Arab, sehingga menyesatkan.
1. Allah SWT berfirman dalam tentang ketauhidan Nabi Isa, Al-Qur‘an (Q.S. An-Nisa 172): “Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya, dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya”.
Oleh Pendeta Nurdin dalam bukunya berjudul: “Ayat-ayat Penting di Dalam Al-Quran”, hal. 53, maknanya diselewengkan hingga menjadi perintah untuk menyembah Nabi Isa (Yesus Kristus):
“Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat kepada Allah. Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya (Almasih) dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya”.
2. Ayat tentang kesempurnaan Al-Qur‘an dan keesaan Allah SWT (Q.S. Ibrahim 52).: “(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran”
Pendeta Nurdin dalam bukunya yang sama pada hal. 60, menambahakn kata Taurat dan Injil, sehingga memberi kesan bahwa Alkitab (Bibel) adalah kitab suci yang sempurna sebagaimana disebutkan dalam Al Quran, sehingga maknanya menjadi:
“Alquran ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan dia, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia (Taurat dan Injil Isa Allahi Salam) adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran”.
3. Allah berfirman tentang keimanan kepada Allah dalam (QS. Al-Ma‘idah 84): “Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh?”
Ayat ini diselewengkan oleh Pendeta Nurdin dalam bukunya berjudul: “Isa Alaihi Salam dalam Alquraan yang Benar, hlm. 19″, lafaz “Allah” diubah menjadi “Allah Ruh Ulkudus” dengan tujuan mendukung doktrin Trinitas, sehingga maknanya berubah menjadi:
“Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah Ruh Ulkudus dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh?”
4. Penyelewengan serupa dilakukan Pendeta Nurdin terhadap Al Quran tentang balasan surga bagi orang yang beriman (QS. Al-Ma`idah 85) dalam buku dan halaman yang sama mengenai firman Allah: “Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya)”
Makna kitab suci umat Islam itu berubah menjadi “Maka Allah Ruh Ulkudus memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan (ucapan sesuai dengan iman), (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai (berkah) di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan yang ikhlas keimanannya”
5. Kemudian tentang firman Allah yang menyatakan Al Quran sebagai kitab suci kebenaran (QS. Az-Zumar 1-2).: “Kitab (Al Quran ini) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya”.
Dalam buku lainnya berjudul “Kebenaran Yang Benar”, hal. 92, ayat ini diselewengkan Pendeta Nurdin dan maknanya berubah menjadi: “Kitab (Alkitab) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Alkitab) dengan membawa kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya” .
Selanjutnya dalam firman Allah (QS. Az-Zumar 41), yang juga menjadi korban penyelewengan Pendeta Nurdin, yang semula maknanya:
“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka”
Ayat ini juga melalui bukunya berjudul “Kebenaran Yang Benar”, hal. 93, diselewengkan Pendeta Nurdin menjadi: “Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Alkitab untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka petunjuk itu untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat (tidak membaca Alkitab) maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat kerugian dirinya sendiri”.
Sedangkan kritik terhadap Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, kebanyakan dilakukan oleh kalangan ilmuwan dan pakar agama dari kalangan mereka sendiri. Ada beberapa tulisan mengenai hal itu yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah.