Tentang Istiqomah

Dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari seorang muslim biasanya dilanda rasa jemu dan bosan terhadap hal yang ia lakukan terutama ibadah hariannya. Keadaan seseorang yang tengah diterpa malal (rasa bosan) dalam ibadah, belajar, ataupun dalam yang hal yang lainnya seperti bisnis, dan juga hubungan sosial ketika ia berinteraksi dengan orang lain. Hal ini sangat manusiawi dan wajar. Ini adalah penyakit yang kadang-kadang menjebak seseorang dalam keputusasaan, namun setiap penyakit pasti ada obatnya, dan obat dari kemalasan ini adalah sifat isiqomah.

Rasanya tiada hal yang paling diidamkan oleh seorang muslim dalam kehidupan di dunia ini selain istiqomah. Istiqomah merupakan suatu proses seseorang untuk senantisa berjalan diatas jalan yang diridhoi oleh Allah SWT, di dalam kehidupan yang penuh dengan polemik dan masalah ini, pasti setiap orang pernah merasakan kejanggalan dan hambatan ketika mengerjakan segala hal yang diperintahkan oleh Allah SWT. Oleh karena itu seorang muslim memerlukan satu senjata yang ampuh sebagai bekal hidupnya dalam menghadapi hambatan tersebut, dan senjata itu adalah istiqomah.

Allah SWT berfirman: "beristiqomahlah sebagaimana kau diperintahkan" (Hud: 112), dan di ayat lain: Sesungguhna orang-orang yang berkata Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka istiqomah maka akan merka tidak akan takut dan bersedih. Merekalah calon penghuni surga yang kekal didalmnya sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan (Al-ahqaf, 113-114)

Dari ayat diatas disebutkan bahwa istiqomah itu memang diperintahkan, karena sangat diperlukan dalam kehidupan. Kemudian Allah menegasakan bahwa orang-orang yang istiqomah akan diberikan balasan yang tiada tara yaitu surganya yang kekal, di dalamnya kenikmatannya tiada terputus. Sehingga pantaslah mengapa banyak diantara para sahabat yang dijanjikan surga oleh Allah SWT. Ya, karena mereka adalah orang-orang yang istiqomah dalam keta'atannya,
Suatu hari rosulullah saw ditanya oleh salah seorang sahabatnya yang bernama abi 'amr sufyan bin abdillah. Ia berkata: "Ya Rosulallah katakanlah kepadaku satu perkataan yang aku tidak akan bertanya tentang perkataan itu selain kepada engkau. Rosulullah berkata: katakanalah: "aku beriman kepada Allah kemudian beristiqomahlah". (HR. Muslim)

Dan dari hadits ini dapat kita ambil suatu hikmah. Pelajaran berharga yang dicontohkan oleh sahabat Rosul. Pertama, sikap tawadhu dan percaya diri.  Bagaimana sahabat sufyan bin abdillah ini tidak malu untuk bertanya kepada rosulullah tentang hal yang sangat penting dalam hidupnya dan percaya diri untuk bertanya karena dengan bertanya tidak akan membuatnya hina dan dianggap bodoh. Karena biasanya orang sombong itu tidak mau dan gengsi untuk bertanya, ia merasa paling tahu dan ingin selalu menjadi orang paling tahu. Senada dengan firman Allah: "bertanyalah kepada ahli ilmu jika kamu tidak mengetahui". Kedua, bertanya kepada orang yang tepat dan kapabel tentang masalah yang ia tanyakan, kita lihat bagaimana ia tidak bertanya tentang masalah lainnya, baik itu keduniaan dan bertanya kepada orang yang memang paling mengetahui tentang masalah yang akan diatanyakan. Karena jika sesuatu disandarkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancuran. Tidak menjadi orang yang soh tahu ketika ditanya, dan kita bisa mengambil teladan Rosulullah yang mulia dalam hadits ini; pertama, rosul menjawab dengan singkat namun penuh makan. Dan menjawab sesuai dengan apa yang ditanyakan oleh si penanya. Tidak dijawab dengan panjang lebar namun langsung kepada inti permasalahan yang ditanyakan.

Ini adalah suatu sikap yang bijaksana yang tidak semua orang dapat melakukannya. Tidaklah muncul kecuali dari orang-orang pilihan Allah yang telah dipilih untuk menjadi teladan dan petunjuk bagi manusia dan alam semesta.