Nafs Orang Mati dan Nafs Orang Hidup dalam Mimpi


Masih di seputar hal-hal berkaitan dengan Dzikrul Maut (Mengambil hikmah dari Kematian), kali ini kami sajikan riwayat yang memberi harapan tentang interaksi jiwa kitadengan jiwa-jiwa yang sudah mendahului kita. Semoga kita Allah rahmati untuk mengambil pelajaran dari kisah berikut…

Ibn Abi Ad-Dunya dan Ibn al-Jawzi menuturkan riwayat dari Syahr ibn Hawsyib.
Disebutkan bahwa Sha’ab ibn Jutsamah dan ‘Awf ibn Malik telah lama menjalin persaudaraan. Sha’ab berkata kepada Awf,”Saudaraku, siapa saja yang meninggal lebih dulu di antara kita, hendaklah ia memperlihatkan diri kepada yang lainnya.”Awf bertanya,”Apakah itu bisa terjadi?” “Ya.”, jawab Sha’ab.

Dikisahkan bahwa Sha’ab kemudian meninggal lebih dulu. Awf pun melihat Sha’ab dalam tidurnya. Dia bertanya,”Bagaimana perlakuan Allah SWT terhadapmu?” Sha’ab menjawab,”Aku diberikan ampunan setelah menghadapi kesusahan.”
Selanjutnya Awf bertutur sebagai berikut:
“Aku melihat kilapan berwarna hitam yang melingkar di leher Sha’ab. Aku bertanya,’Apa yang melingkar di lehermu?’
Dia menjawab,’Ini adalah sepuluh dinar yang kupinjam dari si Fulan, seorang Yahudi. Uang itu berada dalam sarung anak panah milikku. Oleh karena itu, tolong ambilkan dan berikan kepada Fulan.

Ketahuilah, tidak akan terjadi sesuatu pada keluargaku setelah kematianku ini melainkan telah sampai beritanya kepadaku, sampai kucing keluargaku yang mati beberapa hari yang lalu sekalipun. Ketahuilah, putriku akan meninggal enam hari lagi. Oleh karena itu, berikanlah nasihat kebaikan kepadanya.’

Setelah bangun pagi, aku langsung berangkat menemui keluarga Sha’ab. Selanjutnya aku melihat sarung anak panah dan kulihat memang ada uang sepuluh dinar. Kemudian aku temui orang Yahudi tersebut dan kutanyakan,’Apakah engkau mempunyai piutang kepada Sha’ab?’
Fulan menjawab,’Semoga Allah memberi rahmat kepada Sha’ab. Dia adalah sahabat pilihan Nabi SAW. Aku pernah meminjamkan sepuluh dinar dan telah kuserahkan kepadanya.’
Awf berkata,’Demi Allah, ini uang itu masih utuh.’

Kemudian Awf menemui keluarga Sha’ab dan berkata,’Apakah pada kalian pernah terjadi sesuatu setelah kematian Sha’ab?’
Mereka menjawab,’Ya.’
Mereka menyebutkan begini dan begitu hingga akhirnya mereka menyebutkan kematian kucing mereka. Kutanyakan, ‘Dimana keponakanku?’
‘Dia sedang bermain’, jawab mereka.
Setelah itu, aku langsung mendatang putri Sha’ab dan kupegang ternyata dia sedang sakit panas, lalu aku berkata,’Berikanlah nasih at kebaikan kepadanya.’

Setelah enam hari kemudian, putri Sha’ab tersebut meninggal dunia.
Sumber:
“ZIARAH KE ALAM BARZAKH” karya Imam Jalaluddin As-Suyuti, Pustaka Hidayah, Bandung, 2005