Cinta, Cinta dan Cinta...

Teman saya menulis  di blognya, bahwa jatuh cinta tidak membuat orang menjadi dewasa. Saya sangat sepakat dengan hal itu apalagi kemudian jatuh cinta justru mengarahkan kepada kemaksiatan .
Saya sendiri merasakan,saat jatuh cinta pada harta , tahta , dan manusia . Justru membuat kita terjebak pada takut kehilangan , terlalu mencintai dan akhirnya jatuh pada yang dinamakan  hubbun dunya , cinta dunia dan takut mati .  Semakin mahal barang kita semakin takut rusak , kehilangan . Bahkan akhirnya jadi pelit . Cinta pada kedudukan dan citra dihadapan orang juga membuat kita kelabu . Obsesi-obesi untuk dihargai ‘ lebih ‘ oleh orang lain , kedudukan ini itu membuat kita jauh dari yang bernama ‘keikhlasan’ .
Dan juga jatuh cinta pada manusia , sampai pada suatu waktu saya merasa trauma ‘ untuk jatuh cinta lagi’ . Pasalnya hanya membuat pikiran seputar dia , bahkan terkadang melebihi cinta kepada Alloh . Naudzubillah .
Maka kalaupun jatuh cinta . Itu fitrah . Dan kita pun tak seharusnya mematikannya .Tapi memanagenya dengan baik
Ya Allah, jika aku jatuh cinta,
cintakanlah aku pada seseorang yang
melabuhkan cintanya pada-Mu,
agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya agar tidak
melebihi cintaku pada-Mu
Ya Allah, jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang
yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.
Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak
berpaling dari hati-Mu.
Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang
merindui syahid di jalan-Mu.
Ya Allah, jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku
merindukan syurga-Mu.
Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat
di sepertiga malam terakhirmu.
Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang
menyeru manusia kepada-Mu.
Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.
Ya Allah Engaku mengetahui bahawa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-MU, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Kukuhkanlah Ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.
(As-Syahid Syed Qutb)
Tapi ada cinta yang justru membuat kita dewasa . Perbaikan luar biasa . Totalitas hidup . Klo kita menyebutnya jatuh cinta mungkin kurang tepat .Karena klo di Bahasa Indonesia jatuh , include makna di dalamnya ke bawah . Karena klo kita bicara “ jatuh ke bawah “ itu termasuk kalimat tidak efektif . Karena jatuh pasti ke bawah .
Maka saya lebih suka menyebutnya cinta saja . Karena dia harus dipupuk dan ditumbuhkan dengan semakin mengenal Yang dicintai . Dan cinta ini tidak akan membuat orang ke bawah . Sempat di salah satu sesi kajian , ada yang bertanya pada saya , bagaimana kita bisa mencintai Rasul , padahal bertemu pun tak pernah apalagi melebihi cinta kita pada diri kita sendiri ?
Maka jawabnya adalah dengan semakin mengenal sosok Beliau , pengorbanan Beliau , dan kecintaan beliau terhadap kita , umatnya.
Begitu pula dengan cinta pada Alloh , yang seharusnya menjadi cinta teratas . Tidak ada yang lebih baik dari cinta kepada Alloh . Karena Allohlah yang telah memberi kita hidup  , nikmat yang tak terhitung , pelajaran 2 berharga , pengampunan seluas samudera , dan banyak hal yang tidak kita ketahui .     Cinta yang selalu terbalas, tak pernah bertepuk sebelah tangan  . Dengan balasan yang melimpah .
Bukan cinta namanya klo tidak ada pembuktian
Bukan cinta namanya klo tidak ada pengorbanan
Karena cinta tidak hanya di bibir
Tak pula hanya di hati
Karena cinta  lebih pada perilaku diri
Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat
kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai
menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.
Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai
umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka
taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah
dan Al Qur’an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan
kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga
bersama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh
menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan
berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya.
Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala
itu.Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap
menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.
Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan
detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu
Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang
terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah
kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak
mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah
yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata
dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku
ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah
lembut.Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang
menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah,
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa
Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya
sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan
penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah
dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para
malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti
kedatanganmu," kata jibril.
Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat
Muhammad telah berada didalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau
melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada
Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah
direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak
tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua
siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai
dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar
seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan
santuni orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
berpelukan.Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali
mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita
mencinta sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim
‘alaihi
Dan cinta kepada yang lainnya hanya karena Alloh. Karena ketaqwaan mereka pada Alloh.
I LOVE ALLOH , RASULULLOH
I love u fren coz Alloh
With so much love
Catatan: Ukhti Lidya